Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejumlah KPM PKH di Kabupaten Blitar, Sudah Mulai Masuk Mengikuti Kursus Gratis

 

Praktek Kursus Tata Rias Kecantikan Rambut

uripkuiurup.com - Seperti yang sudah di beritakan sebelumnya, bahwa tahun ini Pelaksana Program Keluarga Harapan (PPKH) Kab. Blitar, bekerjasama dengan Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI) Blitar, menjaring Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Progam Keluarga Harapan (PKH) untuk mengikuti kursus gratis, dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Andini Wibawanti selaku pendamping sosial PKH Kecamatan Garum, menyampaikan kepada awak media, bahwa pihaknya bersama beberapa pendamping PKH lainnya, sudah beberapa kali mengunjungi lokasi penyelenggaraan kursus.

Salah satunya adalah ditempat LKP Dewi Ratih Bence Garum, yang sudah berjalan proses kursus mulai 20 Agustus 2021 kemarin. Dan direncanakan peserta kursus akan dibimbing selama 200 jam pelajaran atau kurang lebih 2 bulan.

 "Hari ini kita mengunjungi lagi KPM PKH dampingan kita yang mengikuti kursus tata kecantikan rambut di LKP Dewi Ratih Garum," kata Andini. Sabtu, (11/09/2021).

"Sudah 4 mingguan proses belajar berlangsung, saya lihat semua peserta kursus sangat antusias dan bersemangat," imbuhnya.

Sampai dengan minggu ini, kurang lebih sudah ada 4 materi yang diterima oleh peserta kursus, diantaranya materi keramas, materi creambath, materi blow dan materi hairpiece.

Menurut Andini, kerjasama ini bisa dikatakan sinergi yang positif, karena HIPKI yang didalam nya terdapat Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), sebagai penyelenggara Progam Kecakapan Kerja (PKK). Sedangkan PKH memiliki dampingan KPM yang sangat membutuhkan progam kursus tersebut.

Dengan keikutsertaan KPM dalam kursus ketrampilan yang diminati, diharapkan kedepan juga bisa berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan KPM PKH terkait.

Dalam penjaringan peserta kursus, kata Andini sebenarnya banyak sekali KPM yang berminat ikut kursus, tapi karena ketentuan progam yang membatasi peserta berusia 17 - 25 tahun, dan sedang tidak sekolah atau kuliah, maka banyak yang tidak lolos.

"Semoga progam seperti ini kedepan bisa menyasar peserta usia produktif, diatas 25 tahun," harap Andini.

"Saya mengharapkan juga, kalau bisa setelah lulus mengikuti kursus, para peserta bisa mendapat bantuan atau akses permodalan dari instansi terkait. Sehingga progam bisa berkesinambungan." Pungkasnya.