Menilik Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga PKH di Kecamatan Talun
Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga PKH di Wilayah Kecamatan Talun |
Isu ketahanan pangan telah menjadi perhatian khusus oleh berbagai pihak. Misal, salah satunya adalah pemerintah melalui dana Desa, memprioritaskan alokasi penggunaan anggaran untuk progam ketahanan pangan, sebanyak 20%.
Lain halnya di Kecamatan Talun - Blitar, pendamping sosial Progam Keluarga Harapan (PKH) Kemensos RI, memotori gerakan ketahanan pangan keluarga, bersama 2000 an Keluarga Penerima Manfaat (KPM) se Kecamatan Talun.
Gerakan ini, sebagai tindaklanjut dari penyampaian materi Family Development Session (FDS) modul pengelolaan keuangan dan perencanaan usaha, sesi mengelola keungan keluarga.
Rata-rata KPM merasa kesulitan dalam mengelola keuangan keluarga. Karena setelah diperinci arus keluar masuk uang, selalu lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
Untuk menjawab kondisi keuangan keluarga yang tidak sehat tersebut, maka selain menekan pengeluaran yang sifatnya keinginan, juga harus memacu potensi yang dimiliki untuk meningkatkan pendapatan.
Jika dilihat dari rata rata pengeluaran keluarga, sebagian besar pengeluaran KPM digunakan untuk mencukupi kebutuhan pangan, mulai dari membeli beras, lauk, sayur, bumbu bumbuan dan kebutuhan dapur lainnya.
Melalui gerakan ketahanan pangan keluarga PKH, diharapkan bisa menjadi salah satu solusi, Untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga, utamanya di sektor pangan.
Konsepnya adalah KPM menanam tanaman pangan, bisa sayur dan atau bumbu bumbuan di lahan kosong sekitar rumah.
Pestisida untuk pengendalian hama serta pupuk juga dibuat secara mandiri, dengan memanfaatkan limbah dapur juga kotoran ternak.
Gerakan yang di mulai Agustus 2022 ini, terbukti dapat mamicu kreatifitas KPM PKH. Direncanakan gerakan ini akan dilaksanakan selama 1 tahun, dengan harapan dapat membentuk kebiasaan KPM menanam tanaman pangan di sekitar rumah.
Tanam Apa yang Kau Suka Makan
Sore itu saya kunjungan kerumah KPM PKH di Desa Pasirharjo Talun, sengaja melihat dari dekat gerakan ketahanan pangan dilapangan. Benarkah KPM telah menanam tanaman pangan di lahan kosong sekitar rumah?.
Saat dirumah Mbah Uminatun (71 tahun), peserta PKH dengan komponen lansia. Saya melihat beragam tanaman pangan di samping dan belakang rumah, mulai dari tanaman sayur, buah, empon-empon semuanya ada.
Ternyata beliau sudah lama memiliki kebiasaan menanam di lahan kosong sekitar rumah, jauh sebelum gerakan ketahanan pangan keluarga PKH di progamkan.
Tetapi, dengan adanya gerakan ini beliau sangat mendukung dan antusias. Karena telah merasakan sendiri manfaat dari kebiasaan menanam.
"Mbah, kok katah sanget jenis tanemane jenengan?", tanyaku dalam bahasa jawa.
"Nopo mawon sing kulo doyan, kulo tanem pak", jawab mbah Umi sambil tawanya terkekeh.
Diam diam saya belajar banyak dari beliau, tentang semangat menanam dengan segala keterbatasan.
"Taneman bentis niki padose bibit teng pundi mbah?", sambil ku tunjuk pohon setinggi dua meteran itu, tumbuh di sela sela tanaman tomat dan telang unggu.
"Lo, jenengan kerso nanem nopo pripun pak, niko wonten tukulan" jawab mbah Umi sambil berjalan ke belakang rumah, dan langsung mencabut bibit bentis.
"Niki langsung di tanem mawon pak, insyaallah urip" ujar nya.
"Nembah suwun mbah, niki mangke langsung kulo tanem", jawabku sambil kuterima bibit tersebut.
Konon katanya buah bentis ini memiliki banyak manfaat untuk pengobatan.
Tidak jauh dari rumah mbah Umi, saya juga mampir ke rumah Bu Siti Atiah. Disana saya melihat tanaman beliau juga banyak jenisnya, ada terong, tomat, sawi, kemangi, salam, jeruk purut, bayam, sere, lombok, jahe, kunir, kencur, laos, kunci dan sebagainya.
Meski sedikit, namun begitu beragam jenisnya.
"Alhamdulillah kalau butuh bisa langsung petik milik sendiri, tidak perlu jauh jauh ke warung pak", tutur Bu Siti.
Wadah untuk media tanam Bu Siti ini tergolong kreatif, beliau memanfaatkan limbah tak bernilai untuk wadah tanamannya.
Terlihat ada plastik bekas minyak goreng, plastik / karung bekas beras, komplong bekas roti, dan lain lain.
Tak terasa waktu telah menjelang petang, matahari mulai membenamkan diri di ufuk barat. Meski badan terasa capek, namun hati masih ingin berkunjung.
Sejalan pulang, akupun berbelok kerumah Bu Mustofiah, beliau adalaha peserta PKH Kohort 2018.
Dipelataran rumah beliau, kulihat begitu padat tanaman pangan. Ada lombok, bayam, sere, ketela sepe, koro, dan yang paling banyak adalah terong lalap.
"Kalau butuh lombok, pun mboten nate tumbas pak. bayem, terong nggeh turah-turah dimaem piyambak", kata Bu Mustofiah sambil pandangannya tertuju ke tanamannya yang segar menghijau.
"Alhamdulillah winginane nembe manen terong, wonten 15 Kiloan. Kulo beto teng warong ditumbas perkilone tigang ewu pak", ungkapnya dengan semangat.
Tidak hanya terong, tapi semua tanaman yang beliau punya, jika saat panennya lebih dari cukup, maka sisanya akan ia bawa ke toko dekat rumah, untuk dijual.
Terkecuali tanaman sere, sudah ada penjual yang rutin mengambil dirumah beliau, untuk dijual lagi. Berapapun nominalnya, setidaknya bisa menambah pendapatan keluarga Bu Mustofiah.
Penulis : Putut Dairobi (Pendamping Sosial PKH Kab. Blitar)