Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gandeng PLKB, Pendamping PKH Gencar Edukasi Stunting Kepada KPM

Pendidikan Pencegahan Stunting Kepada Peserta PKH

uripkuiurup.com - Pendamping sosial Program Keluarga Harapan (PKH), menggandeng Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kecamatan Talun, dalam rangka edukasi tentang pencegahan stunting kepada KPM PKH. Selasa, (30/05/23).

Bertempat di Balai Desa Bendosewu, 120 han KPM PKH tampak antusias mengikuti pemaparan materi, yang disampaikan oleh Lilik Sri Widayati S.Sos dari PLKB Kec. Talun. Sesekali juga terlihat beberapa KPM bertanya untuk memperjelas materi.

Sementara itu, Suciati selaku pendamping sosial PKH Kec. Talun menyampaikan, bahwa kegiatan kali ini untuk menguatkan pemahaman KPM tentang stunting, yang sudah pihaknya sampaikan dalam Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) PKH.

"Di P2K2 PKH dalam modul Kesehatan dan Gizi sebenarnya kita sudah menyampaika tentang stunting", Kata Suci.

"Namun kali ini kita ingin menguatkan pemahaman KPM, bekerjasama dengan PLKB Kec Talun yang lebih konsen mengenai stunting", imbuhnya.

Sebagaimana diketahui, Stunting merupakan kondisi ketika pertumbuhan fisik dan otak anak terhambat karena kekurangan gizi atau nutrisi yang berlangsung dalam jangka panjang. Kondisi ini biasanya terjadi pada masa anak-anak dan berdampak pada tinggi badan, berat badan, kemampuan belajar, dan kesehatan secara umum.

Stunting bisa terjadi pada anak-anak yang menderita kekurangan gizi kronis selama masa pertumbuhan penting mereka, yaitu dari kehamilan hingga usia 2 tahun. Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan anak di masa depannya seperti meningkatkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas.

Masih Suci, menurutnya, selain faktor kekurangan gizi, ada juga beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan stunting pada anak, antara lain:

1. Faktor lingkungan dan sanitasi yang buruk seperti sanitasi yang tidak memadai, air yang tidak aman untuk diminum, rumah yang tidak layak huni, dan limbah yang tidak diproses dengan baik.

2. Faktor kesehatan seperti infeksi yang berulang-ulang, kurangnya perawatan kesehatan selama kehamilan, dan penyakit kronis seperti anemia dan parasit usus.

3. Faktor ekonomi seperti kemiskinan, akses terbatas pada makanan bergizi, dan kurangnya akses pada layanan kesehatan dan sanitasi yang memadai.

4. Faktor sosial seperti tingkat pendidikan ibu, status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan, dan kadar rendah hormon tiroid pada kehamilan.

Sedangkan untuk menangani anak yang terkena stunting, maka perlu dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. Memberikan makanan yang bergizi: Anak yang mengalami stunting memerlukan asupan makanan yang seimbang dan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Pastikan anak mendapatkan makanan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang cukup.

2. Mengatasi masalah kesehatan: Anak yang mengalami stunting bisa jadi memiliki masalah kesehatan yang menyebabkan pertumbuhan terhambat. Pastikan anak mendapat perawatan medis yang memadai untuk mengatasi masalah kesehatan yang mendasar.

3. Menjaga lingkungan yang sehat: Pastikan lingkungan di mana anak tinggal bersih dan sehat untuk mengurangi risiko infeksi dan penyakit. Lingkungan yang sehat termasuk sanitasi yang memadai dan air bersih untuk diminum.

4. Meningkatkan pendidikan dan kesadaran gizi: Orangtua atau pengasuh harus memahami pentingnya gizi dan tumbuh kembang anak. Pelajari cara memasak dan menyajikan makanan yang sehat, dan pentingnya menghindari makanan yang tidak sehat.

5. Pemeriksaan kesehatan secara berkala: Anak yang terkena stunting perlu diperiksa secara berkala untuk memantau peningkatan tinggi dan berat badannya. Pemeriksaan kesehatan secara berkala juga dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan yang mendasar dan membuat tindakan pencegahan yang sesuai.

Penting untuk mengatasi stunting sesegera mungkin, karena stunting dapat mempengaruhi perkembangan anak dalam jangka panjang, baik dari segi kesehatan maupun sosial.