Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sang Petani dan Tetes Emas

 

Sang Petani dan Tetes Emas (pixabay)

Sawah menjadi catatan, petani adalah seniman
Hujan adalah kuas yang memberi warna
Tetesan air bagai emas yang tak ternilai
Petani membawa harap, meski tanpa kata.

Di antara deru angin, riang petani menari
Menggenggam kehidupan, seperti lukisan abadi
Bak peluk bumi, petani menjalin cerita
Sawah menjadi panggung, hujan peluk erat rindu.

Setiap tanaman, goresan tangan petani berjiwa
Seperti pensil yang menggoreskan arti kehidupan
Pada setiap langkah, harap mengalir menghanyut
Dalam cakrawala sawah, petani menulis legenda.

Hujan, pelipur lara bagi setiap hamparan tanah
Petani, pahlawan tanpa tanda jasa yang terukir
Dalam sunyi malam, bumi dan petani bersatu
Puisi tanah menjadi nyata, tak terlukis di atas kertas.

Di antara butir hujan, petani merajut doa
Sebagai sutradara yang membimbing pertunjukan alam
Sawah dan petani, tarian yang tak kunjung usai
Harap menjadi nada, diiringi hujan yang merdu.

Dalam gemuruh hujan, petani mengukir makna
Terasa setiap rintik sebagai karya seni yang sempurna
Harum tanah basah menyatu dengan peluhnya
Sawah menjadi panggung bagi kisah yang terus berkembang.

Petani, pematik api semangat di bumi tandus
Bercerita dengan punggung yang membungkuk rendah
Begitu banyak rahasia di setiap riaknya
Hujan adalah pena yang melengkapi kisahnya.

Sawah adalah kanvas, petani adalah maestro
Hujan adalah palet yang menciptakan keajaiban warna
Di antara semesta yang terus berputar
Petani adalah penjaga, pelukis tanah yang setia.

Sungguh, di setiap jengkal tanah yang mereka sentuh
Terpatri sebuah puisi, dalam setiap jentikan hati petani
Hujan bukan hanya tetesan air di langit
Tapi riuh suara syukur petani, yang tak pernah pudar.