Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kopi Hitam, Obrolan Kehidupan dan Pencerahan 5

 

Kopi Hitam, Obrolan Kehidupan dan Pencerahan 5
uripkuiurup.com - "Ki Jambon, sungguh terima kasih atas waktu yang berharga hari ini, "kataku sambil melihat jam di handphone ku yang menunjukkan jam 2 dini hari," Sepertinya sudah waktunya bagi saya untuk pulang. Sudah hampir pagi, hwehwehwe" ucapku sambil disusul tawa.

Ki Jambon tersenyum ramah. "Terima kasih juga sudah menyempatkan waktu untuk berbincang-bincang dengan saya. Tapi tunggu dulu, ada satu hal lagi yang ingin saya bicarakan."

"Apa itu, Ki?" tanyaku, agak penasaran.

Ki Jambon menahan tanganku yang hendak mengambil tas. "Masih ada satu topik yang ingin saya bahas, tentang watak Sengkuni yang marak hari ini, dan harus kita waspadai."

"Sengkuni?" ujarku heran. "Apa hubungannya dengan kondisi sekarang?"

Ki Jambon mengangguk serius. "Sengkuni adalah contoh dari orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri, dengan cara apapun, bahkan jika itu berarti menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai."

"Apa yang bisa kita pelajari dari Sengkuni?" tanyaku, semakin penasaran.

Ki Jambon tersenyum sambil menyodorkan sebatang rokok kretek dan korek api. "Kita bisa belajar untuk waspada terhadap orang-orang seperti itu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa saja terlihat ramah, tetapi sebenarnya mereka hanya memikirkan keuntungan pribadi mereka sendiri."

"Aku paham," ujarku sambil mengambil rokok dan korek api itu. "Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak kedalam watak sengkuni."

"Dan ingatlah, jangan pernah menjadi watak Sengkuni." Kata Ki Jambon mewanti wanti.

"Akan kubuat catatan tentang itu, Ki," ujarku sambil tersenyum. "Sekarang aku benar-benar harus pulang. Sampai jumpa lain waktu ya Ki"

"Sebelum pergi, biar aku jelaskan lebih lanjut tentang watak Sengkuni," kata Ki Jambon serius.

"Apa itu watak Sengkuni?" tanyaku, semakin penasaran.

Ki Jambon menjelaskan, "Sengkuni adalah tokoh dalam Mahabharata yang terkenal dengan sifatnya yang licik dan manipulatif. Dia selalu berusaha mencapai tujuannya tanpa memedulikan akibatnya pada orang lain. Contohnya, saat dia memanipulasi perang antara Pandawa dan Korawa demi kepentingan keluarganya sendiri."

Aku mengangguk semakin mengerti. "Jadi, Sengkuni adalah orang yang egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan jika itu berarti merugikan orang lain."

"Betul. Orang-orang seperti itu berbahaya karena mereka tidak peduli dengan konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka bisa menggunakan siapapun dan apapun untuk mencapai tujuan mereka, tanpa belas kasihan." Kata Ki Jambon menimpali.

"Apa bahayanya menjadi watak Sengkuni?" tanyaku.

"Bahayanya adalah kita menjadi terjebak dalam siklus kepentingan pribadi yang tidak bertanggung jawab," jelas Ki Jambon. "Kita bisa kehilangan kepercayaan orang lain, kehilangan moralitas, dan pada akhirnya, kehilangan diri sendiri."

"Aku harus berhati-hati agar tidak berwatak Sengkuni," ujarku, merasa terinspirasi. "Terima kasih atas nasihatnya, Ki. Aku akan selalu berusaha untuk menjadi orang yang jujur dan bertanggung jawab."

Ki Jambon tersenyum. "Itulah yang kuharapkan. Ingatlah, integritas adalah kunci untuk menjaga diri kita tetap lurus di tengah godaan dunia yang seringkali licik."

Dengan hati yang berat, karena masih ingin terus menimba pengetahuan dari Ki Jambon, dan bersamaan kokok ayam jago yang mulai sahut menyahut, aku pun harus pamit, berharap agar bisa terus belajar dan menghindari jebakan watak Sengkuni dalam hidup.


Bersambung...