Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karnaval Sound Horeg: Hiburan atau Gangguan?

 

Ilustrasi: Karnaval Sound Horeg, Hiburan atau Gangguan?

uripkuiurup.com - Karnaval sound horeg telah menjadi fenomena budaya yang memecah pendapat di tengah-tengah masyarakat.

Di satu sisi, ini dipandang sebagai bentuk hiburan yang menggetarkan, tetapi di sisi lain, suara menggelegar yang dihasilkan sering kali menjadi momok yang merusak ketenangan warga.

Bagi sebagian orang, karnaval sound horeg adalah momen yang ditunggu-tunggu. Dentuman musik yang menggema dan semaraknya suasana menciptakan sensasi tersendiri, terutama bagi mereka yang menyukai musik dengan volume tinggi dan terlibat dalam komunitas sound system.

Karnaval ini juga menjadi ajang unjuk gigi bagi pemilik sound system, yang dengan bangga memamerkan kecanggihan peralatan mereka, sebuah daya tarik yang tak bisa dipandang sebelah mata.

Namun, apa yang menjadi hiburan bagi sebagian orang, ternyata adalah gangguan bagi yang lain. Banyak warga yang merasa terganggu dengan polusi suara yang dihasilkan.

Suara yang memekakkan telinga bisa mengacaukan kedamaian, khususnya bagi mereka yang tinggal di sekitar lokasi karnaval.

Ini bukan hanya soal preferensi musik; bagi mereka yang terkena dampak, suara bising ini adalah ancaman nyata bagi kenyamanan sehari-hari, apalagi untuk keluarga yang memiliki anak Balita atau lansia sakit.

Kekhawatiran lain yang tak kalah penting adalah dampak negatif terhadap norma dan budaya setempat. Ada yang khawatir bahwa karnaval ini, dengan suasananya yang serupa dengan diskotik terbuka, tidak sesuai dengan nilai-nilai komunitas lokal.

Polusi suara yang ditimbulkan pun tidak hanya mengganggu secara sosial, tetapi juga membawa risiko kesehatan yang serius. Gangguan tidur, stres, hingga potensi kerusakan pendengaran adalah beberapa contoh dampak buruk yang bisa timbul akibat paparan suara yang berlebihan.

Namun, di tengah kontroversi ini, ada sisi lain yang perlu diperhatikan. Karnaval sound horeg tak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga kadang dimanfaatkan sebagai wadah penggalangan dana untuk kegiatan sosial, seperti membantu anak-anak yatim, pembangunan tempat ibadah dan sebagainya.

Hal ini menunjukkan bahwa karnaval ini bukan semata soal kesenangan, tetapi juga bisa memiliki nilai sosial yang positif.

Menanggapi pro dan kontra ini, perlu ada langkah konkret dari penyelenggara karnaval dan pemerintah setempat. Mencari titik tengah yang bisa mengakomodasi kepentingan semua pihak adalah kuncinya.

Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah pengaturan volume suara yang tidak mengganggu warga sekitar, serta pemilihan lokasi yang strategis dan jauh dari pemukiman.

Dengan pendekatan yang bijak, karnaval sound horeg bisa tetap menjadi ajang hiburan yang dinikmati, tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan masyarakat. (red)